Pages

Sabtu, 26 Desember 2015

Review: Omotesando Koukou Gasshoubu! & Kuchibiru ni Uta o, Drama dan Film tentang Paduan Suara


Dalam review kali ini , aku akan mengangkat satu drama dan satu film dengan tema serupa: chorus alias paduan suara. Keduanya tayang pada tahun ini. Omotesando Koukou Gasshoubu!, drama primetime TBS tayang selama musim panas, sementara Kuchibiru ni Uta o merupakan film layar perak yang tayang di penghujung Pebruari lalu.

--- --- ---
Omotesando Koukou Gasshoubu! (Omotesando High School Chorus!)



Director:
 Ishii Yashuharu, Ikeda Katsuhiko, dan Yoshida Akio
Penulis Sricpt:
 Sakurai Tsuyoshi
Pemain:
Yoshine Kyoko, Shison Jun, Sayaka Kanda, Shirota Yu, Yoshimoto Miyu, Morikawa Aoi
Genre:
Youth, Music, School
Plot:
Karena rencana perceraian orang tuanya, Kagawa Makoto (Yoshine Kyoko) terpaksa pindah ke Tokyo dan secara otomatis ia juga pindah sekolah. SMA Omotesando, sekolah tempat ia pindah juga merupakan SMA dimana orang tuanya dulu belajar. Omotesando pernah terkenal dengan klub paduan suara yang melegenda, oleh karenanya Makoto sangat antusias. Akan tetapi ia harus menghadapi kenyataan bahwa klub paduan suara yang pernah diikuti orang tuanya tidak lagi memiliki cukup anggota dan terancam dibubarkan. Ia pun memutuskan untuk membangun kembali klub paduan suara SMA Omotesando sekaligus berusaha menyatukan kembali kedua orang tuanya”.
{------}

Drama ini adalah musikal tipikal sheisun drama yang cerah dan ceria dengan ending bahagia. Sejenak aku membayangkan Glee versi Jepang. Atau setidaknya sajian drama sekolah yang segar, mengingat drama ini tayang di tengah maraknya drama bertema investigasi yang memnuhi layar televisi musim panas. Konflik yang disajikan cukup beragam, mulai dari bullying, permasalahan keluarga, persahabatan dan percintaan remaja, hingga sekilas tentang orientasi seksual.


Saat menonton tiga episode awal, drama ini cukup menjanjikan. Bukan sesuatu yang sangat berkesan tapi layak untuk ditonton. Cerita mengalir tentang perjuangan Makoto mengumpulkan rekan-rekan klub paduan suara, penolakan tema-teman sekelasnya, and so-so. Generik, dan identik dengan drama sejenis tapi tetap memenuhi standar. Hanya saja ketika memasuki episode pertengahan, dimana konflik memasuki wilayah cinta segitiga Makoto dan masalah keluarganya, serta dibumbui kisah asmara yang bersemi di antara teman-teman dan kedua guru pendamping klub, drama ini menjadi terlalu cheesy.

Bumbu-bumbu merah jambu yang dimasukkan dalam cerita menjadi berlebih dan menjejali episode per episode. And of course that’s not my taste. Tapi terlepas dari ini bukan seleraku, menurutku selipan romance yang ada kurang porposional sehingga atmosfir yang telah terbangun di episode awal justru memudar. Di episode terakhir saat Makoto berserta siswa-siswa Omotesando menggelar festival sekolah, terdapat scene-scene yang terkesan dipaksakan dan dikerjakan terburu-buru oleh tim produksi sehingga kesan yang kudapat tidak sedalam apa yang tergambar di tiga episode awal. Hasilnya ending drama ini bahagia tapi awkward.

Shison Jun & Yoshine Kyoko

Untuk masalah akting, sebagai pendatang baru Yoshine Kyoko sangat baik. Tapi jika aku menutup mata dari fakta bahwa dia masih hijau, Yoshine akan mendapat rating 3 dari 5 bintang. Shison Jun yang menjadi co-lead tampil secara decent, sayangnya penampilannya kadang kurang stabil. Still, mereka tampak manis bersama, Shison dan Yoshine pair yang cute. Mereka muncul lagi sebagai pasangan di film Senpai to Kanojo Oktober lalu. Aku belum nonton mereka di sana. I’ll try them.

 
Yoshimoto Miyu & Morikawa Aoi

Akting terbaik datang dari kombi Yoshimoto Miyu dan Morikawa Aoi. Dua heroine companions ini hampir meng-outshine sang lead actress. Bisa dimengerti sih karena keduanya punya pengalaman yang lebih dibanding Yoshine.  Aku agak ancang-ancang untuk tidak berekspektasi tinggi pada akting Shirota Yu. Dia sempat mengacau di drama yang sebelumnya. But then, he’s oke, cukup baik.
Untuk keseluruhan drama ini aku memberi rate 6 dari 10.

-- --- --


Kuchibiru ni Uta o (Have a Song on Your Lips)

Director:
Mikii Takahiro
Penulis Sricpt:
Yuichi Toyone, Mochiji Yukiko
Pemain:
Aragaki Yui, Tsunematsu Yuri, Shimoda Shota, Kiritani Kenta
Genre:
Drama, Music, Teen

Plot:
Klub Paduan Suara SMP Pulau Goto tengah melakukan persiapan menuju turnamen nasional. Saat pelatih klub cuti melahirkan, Kashiwagi Yuri (Aragaki Yui) yang tengah break dari karirnya sebagai pianis bertugas menjadi guru pengganti sekaligus pelatih bagi klub. Nazuna (Tsunematsu Yuri), pemimpin klub adalah tipe gadis outspoken. Ketika Kashiwagi mendampingi klub dengan dingin dan kurang bersahabat, Nazuna mengajukan komplain, namun Kashiwagi mengabaikannya. Kondisi klub memburuk saat anggota pria tidak serius latihan dan lebih banyak mencari perhatian Kashiwagi.”

{------}

Film ini diawali dengan apik, scene pembuka memperlihatkan Kashiwagi berada di dek kapal dalam perjalannya menuju ke kampang halaman, Pulau Goto. Lalu scene berganti, Nazuna muncul dan memberikan monolog tentang mimpinya beserta teman-teman di klubnya untuk bisa tampil di turnamen nasional. Cerita berlanjut ketika Kashiwagi diperkenalkan pada siswa-siswi paduan suara, dan selanjutnya konflik muncul saat Kashiwagi melatih siswa dengan enggan. Hingga akhirnya Kashiwagi bersedia melati klub padus, ia kemudian bersinggungan dengan anggota klub dan permasalahan pribadi hingga mimpi mereka. Nazuna, anak yang memiliki masalah keluarga, dan Kuwahara Satoru (Shimoda Shota), anak yang suka menyanyi namun kesulitan terlibat di klub karena harus mengurus kakaknya yang memiliki keterbelakangan mental.

  
Tsunematsu Yuri & Shimoda Shota

Formulasi yang disajikan Mikii Takahiro dalam melayarlebarkan novel karya Nakata Eichii ini cukup familiar, yakni dengan mempertemukan siswa dengan guru yang kurang meinspirasi. Hal yang aku apresiasi adalah Mikii memilih casting pemain-pemain muda yang belum berpengalaman daripada memilih idol actors yang tengah hot demand.  Yah, aku pribadi cukup bosan dengan kemunculan Yamazaki Kento, Shota Fukushi, Tamamori Yuta, atau Yamada Ryosuke, jadi melihat Shimoda Shota yang cute dan masih hijau namun berpotensi memberi angin sejuk tersendiri. Setidaknya aku tidak lagi disuguhi aktor duapuluhan tahun yang bemain jadi anak lima belasan.


Aku sempat nge-cringe saat tahu Gakky memerankan Kashiwagi. Sebagai public figure dia memang charming dan likeable, tapi sebagai aktris ia jarang menampilkan performa yang memuaskan. Untuk penampilannya kali ini dia tidak bermasalah. Meskipun jika boleh pilih aku akan pilih Aoi Yu atau Sawajiri Erika untuk memerankan Kashiwagi. Kiritani Kenta di sini memerankan guru PE yang loud. Tipe-tipe peran seperti ini memang cocok untuknya. Para aktor dan aktris muda yang memerankan anggota klub paduan suara juga memberika penampilan yang cukup baik dan natural.

Kekuatan film ini terletak pada plot cerita yang ditulis dengan baik dan rapi. Novel yang diadaptasi juga merupakan nopvel penerima awardie dari Shugakukan Shido Shuppan Bukansho tahun 2012. Aku belum pernah baca novelnya, dan hal ini cukup menguntungkan buatku. Kosongnya pengetahuanku tentang alur cerita asli membuatku lebih mudah menikmati hasil adaptasi ini. Aku juga suka lagu Angela Aki yang nge-blend dengan cerita.
rating yang kuberikan untuk film ini 7.5 dari 10 bintang.

--- -- ---

Dram dan film memang berbeda, oleh sebeb itu kita tidak bisa membandingkannya. Tapi ada bebrapa hal yang menjadi perhatianku.


Yoshine Kyoko, dalam Omotesando Koukou Gasshoubu! mendapatkan kesempatan untuk memainkan peran utama. Kemudian diikuti kemunculannya di Senpai to Kanojo. Cukup cepat  proses ia memperoleh peran penting dalam drama. Di awal tahun 2015, aku sempat menemukannya memainkan peran kecil di The Curtain Rises, film yang dibintangi oleh para member Momoiro Clover Z. Dia bagus tapi Morikawa Aoi dan Yoshimoto Miyu pun demikian. Lompatan ini apakah karena push dari agensi atau murni karena penampilannya, aku belum tahu. Kuharap masih ada ksempatan lain bagiku untuk melihat lagi penampilannya. 

Keduanya, baik Omotesando Koukou Gasshoubu! dan Kuchibiru ni Uta o, menampilkan bintang-bintang muda yang bisa jadi di antara mereka akan ada yang menjadi aktor besar di masa mendatang. Perfilman Jepang beberapa tahun terakhir lebih saring memasang aktor dan aktris yang memilki skill akting yang kurang mumpuni. Ditambah lagi mereka semakin sering mengangkat material dari anime atau game dengan mencoba meng-copy gaya Hollywood. Dan hasilnya, film-film seperti AoT live Action, Kamisama no Iu Toori, Assasination Classroom dsb, tampak cheap dan kurang memberi kesan mendalam bagi penonton. 

14 komentar:

  1. Gelombang pasukan wonderkid 1997-2000 ini koq perasaan ga segreget angkatan 1993-1996, yang pemainnya pada mindblowing bagusnya (bahkan yang biasa-biasa aja di antara mereka dan gak terkenal juga bagus). Bagus sih bagus, ada beberapa individu yang menonjol, tapi gak seistimewa angkatan tersebut. Saya belum nonton Solomon's Perjury, mudah-mudahan lebih banyak wonderkid yang ditemukan, yang punya 'something special'.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ane sendiri saat angkatan 97-00 mulai naik tidak lagi begitu mengikuti perkembangan. Baru musim panas ini kembali turn in. pun tidak seintens dulu.

      yang saya lihat para director masih lebih sering percaya pada angkatan 92-96. Blm banyak angkatan di bawahnya yg wara-wiri di film ataupun drama. heck, agak terkejut saat mendapati Masahiro Higashide dan Honda Tsubasa di-casting jd lead actor di Ao Haru Ride. Agensi2 besar juga msh sibuk nge-push angkatan 92-96.

      jadi blm banyak kesempatan mengalir ke generasi muda. Jujur ane masih menunggu kids actor yg bisa sebersinar Kamiki dan Shida di masa silam.

      Hapus
    2. Kalau saya lihat sih alasan mengapa angkatan 1993-1996 ini bisa banyak pemain bagus yang muncul adalah bejibunnya acara yang menampilkan bulk of talents, mungkin kayak Kuchibiru no Uta tapi lebih tinggi level aktingnya. Untuk angkatan itu misalnya Kokuhaku, serial Suzuki Sensei, Kirishima Bukatsu (walau ada yang bukan wonderkid lagi sih pas jaman pelem ini dibikin), Aku no Kyoten. Untuk angkatan di atasnya ada Q10, sayangnya angkatan atasnya ini kurang banyak acara wonderkidnya, makanya pemain bagus berteknik tinggi yang muncul gak banyak-banyak amat dan cenderung keluarnya setelah lewat masa remaja (recurring talents). Banyak pemain yang perannya gak gede-gede amat sekalipun dikasih kesempatan untuk unjuk gigi. Acara semacam ini biasanya pake audisi, jadi cuman yang bagus yang kepilih bahkan untuk misalnya jadi salah satu murid di kelasnya. Selain itu, penggarapan yang optimal (setidaknya dari sisi directing), membuat experience pemain muda tersebut bertambah dan kalo beruntung bisa naik kelas.

      Sayangnya angkatan 1997-2000 ini belum banyak dikasih acara semacam ini. Palingan selain Kuchibiru no Uta o ada Solomon Perjury, tapi itu saya belum nonton.

      Hapus
    3. ane jadi kepikiran, jangan-jangan idol boom juga ambil peran pada agak memudarnya minat publik ke child actor dan pemain muda di panggung akting ya?

      seingat saya dulu, Narumi Riko, Mirai Shida, Ohgo Suzuka, dkk moncer dan jadi idola publik. Nama mereka selalu dapet top share di survey-survey popularitas. Hingga kemudian terjadi idol boom posisi mereka tergeser oleh idol-idol atau model-model yang jd hot demand tapi minim skill

      yah, walau bagaimana pun popularitas publik dan media darling jadi gimmick tersendiri buat mendongkrak rating.

      Hapus
    4. Kalau gw lihat sih, lebih karena manajemen pemain muda yang buruk. Pas muda diperas abis-abisan, ketika muncul pemain yang bagus (atau punya appeal yang bagus walau mainnya hombreng) seumurannya di agensi yang sama, mantan pemain cilik itu bakal ditinggalkan gitu aja. Ditambah lagi, mantan pemain cilik beken banyak yang menyerah gitu aja sama akting dengan memutuskan kuliah dan akhirnya kehilangan kesempatan comeback once and for all.

      Untungnya pengganti-pengganti pemain muda itu gak semuanya buruk, untuk generasi ini malah banyak yang bagus, misalnya kayak Fumi Nikaido, Ai Hashimoto, Mayu Matsuoka, Muke Gile eh Mugi, dll.

      Hapus
    5. ane sendiri kaget pas come back ke dunia dorama, wajah-wajah yang lagi memenuhi layar rata2 wajah baru yang kebanyakan aktingnya bikin tutup muka.

      Nakaido Fumi mah ane akui top notch. Nyusul matsuoka dan Hashimoto Ai di belakangnya. Kadowaki Mugi belum terlalu mengamati. Sempet nonton dikit tapi belum yakin. butuh film-film lain untuk meyakinkan diri apa dia bener konsisten bagus atau tidak.

      yang ane ga habis pikir si Tsubasa Honda sama Gouriki.

      ane butuh obat kangen sama anek2 generasi 93. Waktu mereka masih 15-16-an menterengnya ga ketulungan. Sekarang nyari mereka susah.

      Hapus
    6. Dedek Fumi bisa optimal karena dia nggak hold back, gw yakin nanti dia bisa go internasional, ngeliat dari ambisi sama upayanya. Sementara pemain muda yang lain banyak yang masih menahan-nahan menggunakan potensi gedenya, walau sebenarnya sama berbakatnya. Lebih parah lagi ada yang sampe kena banned sama agency-nya kayak Rena Nounen.

      Itu baru segelintir, pemain muda yang lain yang ga kalah bagus masih banyak lagi. Sayang yang di-push habis-habisan malah pemain-pemain yang jelek, atau mungkin kalau mendingan malah dipake dengan cara yang salah (misalnya kayak Lord Yamaken sama Kasumi Arimura).

      Hapus
    7. Kasus Nounen mah tragedi. Ga nyangka dia yang punya imej "awkward" berani melawan agensinya sendiri. Dan setahun lebih menghilang, muncul Suzu yang menggantikannya jd favorit publik.

      ane jagoin Morikawa Aoi, tapi yang lagi-lagi mucul Ayame Gouriki. Gila, musim ini dia dpt lead role lagi.

      Hapus
  2. BTW gw udah nonton Solomon's Perjury yang bagian 1, pemain-pemain muda di situ pada menjanjikan. Mirip-mirip sama Kokuhaku di aspek ini, walau di Kokuhaku aktingnya lebih challenging sih. Jepun jangan kapok-kapok aja bikin acara beginian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ane baru download khehe... tapi blm nemu subtitle. Ada info link?

      Hapus
    2. Gw nonton di TV kabel, udah dikasih subtitle Indonesia loh itu.

      Hapus
    3. di WakuWaku? Shhh... ane mah cuma mupeng aja jadinya. Walopun Kuchibiru no Uta dan beberapa film laen ane tonton tanpa subtitle, tapi tetep aja, pemahaman bahasa Jepang ane jongkok. Tetep nikmat sih, cuma ga cepet nangkepnya.

      Hapus
    4. Di HBO RED, subsidiary HBO yang nayangin acara film dan serial Asia.

      Hapus
    5. kalo HBO, mungkin pas maen ke rumah sodara yang punya TV kabel, ane bisa nonton. Tapi biasanya tergoda sama channel lain lol

      Hapus